Mengubah kata negatif menjadi positif bisa jadi salah satu cara agar instruksi yang diberikan dapat dicerna dengan baik.
Mengapa Perlu Mengubah Kata Negatif Menjadi Positif?
DAFTAR ISI:
Pernahkah kamu meminta anak balita untuk jangan berlari, tetapia justru tambah kencang larinya? Respon dari anak sering tidak sesuai instruksi orang tua. Agar anak dapat mengerti, kamu perlu mengubah kata negatif menjadi positif.
“Nak, jangan lari-lari, nanti jatuh.” Faktanya, tidak semua anak langsung bisa berhenti berlari saat mendengar instruksi ini.
“Ssst…..jangan berisik.” Tidak semua anak langsung terdiam, kecuali ada anak yang terdiam sejenak karena mendengar apa yang diucapkan.
“Jangan nangis, berisik, ini sudah malam.” Apakah anak bisa langsung terdiam dengan instrusi ini?
“Jangan lupa rapikan maianannya ya.” Faktanya, diinstruksikan untuk tidak lupa malah seringnya lupa. Saat anak diminta melakukan sesuatu, sedangkan yang ia lakukan adalah sebaliknya, sebagian orang tua kesal dan menganggap anak susah diatur. Anak dianggap tidak penurut bahkan tak jarang diberi label nakal.
Jika anak sering tidak mengerti instruksi orang tua, maka cara memberikan instruksinya yang harus diubah. Terlebih untuk usia anak-anak, perkembangan otak dan pola pikirnya belum sempurna.
Anak akan menangkap apa yang ia dengar. Jika yang ia dengar, jangan lari, maka fokus kata yang ia tangkap adalah lari. “Jangan berisik” maka kata yang fokus didengar anak, itulah yang berpotensi ia lakukan.
“Jangan” adalah kata negatif. Lagi pula, saat kita minta anak jangan berlari, sebetulnya yang dimaksud adalah meminta anak berjalan lebih pelan, bukan? Agar kalimat perintah lebih efektif, maka kamu harus mengubah kata negatif menjadi positif.
Bagaimana Cara Mengubah Kata Negatif Menjadi Positif?
Mengubah kata negatif menjadi positif akan mempermudah anak menerima pesan yang disampaikan orang tua. Karena yang diminta langsung diutarakan. Jika kamu meminta anak jangan lari, tidak semua anak langsung mengerti pesan tersirat bahwa yang diminta adalah berjalan ataupun diam.
“Berjalannya pelan-pelan saja ya sayang.” Ini merupakan kalimat langsung. Anak pun bisa dengan mudah memahami bahwa instruksinya adalah berjalan pelan-pelan. Untuk mengubah kata negatif menjadi positif dalam instruksi, maka fokuslah pada kata yang menjadi tujuan. Jika tujuannya meminta anak merpikan mainan, fokuslah pada kata rapikan mainan. Jika yang diminta berbicara pelan agar tidak berisik, maka yang diucapkan: “Bicaranya pelan-pelan saja ya.”
Baca Juga: 7 Teknik Komunikasi Dengan Anak Usia Dini
Contoh Instruksi Menggunakan Kalimat Positif
Agar lebih mudah dipahami, berikut contoh-contoh mengubah kata negatif menjadi positif:
“Jalannya pelan-pelan saja ya sayang.” (meminta untuk tidak berlari).
“Bicaranya pelan-pelan saja ya.” (meminta untuk tidak berisik/teriak)
“Mainnya bersama-sama ya.” (Meminta anak untuk tidak bertengkar)
“Berbagi makanannya ya, dengan kakak.” (Meminta untuk tidak pelit)
“Saat bermain, sayang teman ya.” (Meminta anak untuk tidak memukul)
“Mainannya dijaga dan digunakan dengan baik ya.” (Meminta anak untuk tidak merusak mainan)
“Makanannya dihabiskan ya.” (Meminta anak untuk tidak membuang-buang makanan)
“Jadi anak yang rajin ya.” (pengganti kata jangan malas)
“Yang sabar ya, Nak. Kalau mau sesuatu boleh disampaikan baik-baik.” (Pengganti kata jangan marah-marah.”
“Bersikap yang baik ya, Nak.” (Pengganti kata jangan nakal)
“Berbicaranya yang lembut dan sopan ya.” (pengganti kata jangan berbicara kasar)
Demikian contoh mengubah kata negatif menjadi positif. Kuncinya adalah fokus pada apa yang ingin disampaikan. Hindari kata jangan dan penggunaan kata negatif seperti nakal, pelit, malas dan lain-lain. Hindari memberi label negatif pada anak, seperti “Dasar anak nakal.” atau “Kamu mah pelit, nggak boleh gitu.
Pemberian label akan membentuk kepribadian anak. Jika anak disebut nakal berkali-kali maka ia akan menganggap bahwa ia memang nakal. Anak juga akan menganggap untuk apa berbuat baik, toh ia memang anak yang dianggap nakal. Oleh karena itu, sangat penting menghindari kata negatif dan melabel anak dengan kata negatif.
Jika ingin anak menjadi penurut, penuhi kebutuhan kasih sayangnya. Anak yang sering mendapat pelukan, apresiasi dan kebutuhannya terpenuhi, akan lebih mudah menuruti permintaan orang tuanya.