Pusing Saat Anak Bertengkar? Berikut 4 Cara Menyikapinya

Mengurus dan mendampingi tumbuh kembang anak-anak adalah momen yang menyenangkan. Namun adakalanya antara kakak dan adik memiliki keinginan yang berbeda. Saat anak bertengkar, bagaimana orang tua harus menyikapinya?

Cara Menyikapi Anak Bertengkar

Sifat anak-anak yang egosentris memang sering membuat perselisihan. Ada saja hal-hal yang membuat anak-anak bertengkar. Saat asik main bersama, anak-anak juga cenderung mudah bertengkar.

Meski permasalahannya sederhana, tapi tak jarang  orang tua ikut emosi saat melihat anak bertengkar. Alih-alih ingin melerai anak bertengkar, orang tua kadang malah ikut marah. Lalu apa yang harus dilakukan agar anak segera menyelesaikan perselisihannya?

1. Tetap Tenang.

Apapun permasalahannya, jika ingin terselesaikan maka jangan terpancing emosi. Jika anak bertengkar dan orangtua melerai dengan ancaman, maka bagaimana anak bisa mengatur emosinya.

Agar bisa meredam emosi anak yang bertengkar, orang tua telebih dahulu harus bisa mengontrol emosi. Sebaiknya orang tua netralkan suasana hati terlebih dahulu, barulah setelah itu dekati anak.

2. Dengarkan keluhan anak.

Saat anak bertengkar dan membuat keributan, dekati anak dan tanyakan penyebab perselisihan.Biarkan anak menjelaskannya perlahan secara bergantian. Dengarkan keluhan anak tanpa menyela. Dengan orang tua menjadi pendengar yang baik, mereka, anak merasa nyaman dan tenang.

Setelah anak  selesai menjelaskan dan orang tua paham permasalahannya, bantu anak untuk intropeksi. Agar anak dapat merenungkan permasalahan dan menurunkan ego, gunakan metode tanya. Pancing dan giring pemahaman anak menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Contoh:

“Apa yang kamu lakukan sudah baik belum?”

“Apakah saat marah perlu menyakiti orang lain?”

“Ingin meminjam mainan, apakah sudah izin?”

“Mainannya hanya ada satu, apa kalian lebih senag main bersama dan bergantian atau mainannya di simpan saja?”

Metode bertanya akan membantu anak untuk berpikir dan menyimpulkan apa yang seharusnya ia lakukan. Jika anak masih balita, cukup ditenangkan saja ya :).

Baca juga: Cara Menenangkan Anak Yang Sedang Marah Atau Tantrum

3. Tidak Memihak

Saat anak bertengkar, terkadang  orangtua cenderung memihak pada satu anak,  contohnya meminta kakak mengalah pada adiknya. Dengan meminta salah satu anak mengalah mungkin permasalahan akan cepat selesai. Akan tetapi dapat berdampak pada perasaan dan perilaku anak.

Kakak merasa tidak dipedulikan , sedangkan adik bisa tumbuh menjadi pribadi yang selalu ingin menang sendiri. Tentu saja hal itu sangat tidak baik untuk perkembangan psikologis anak. Orang tua harus bisa bersikap adil, agar adik ataupun kakak bisa menyadari kesalahan masing-masing.

4. Beri kesempatan untuk penyelesaian masalah

Setelah anak sama-sama mengeluarkan keluhan, pancing mereka untuk mencoba melakukan penyelesaian masalah secara mandiri. Orang tua cukup memantau saja.

“Kalau kalian sudah tau permasalahannya di mana, sekarang apa yang harus kalian lakukan?”

Perhatikan reaksi anak. Beberapa anak mungkin akan menyadari untuk mengakhiri perselisihan. Jika anak masih emosi dan tidak mau meminta maaf atau memaafkan, beri mereka waktu. Tenangkan masing-masing anak dengan usapan lembut atau pelukan untuk menetralkan rasa marah.

Saat anak sudah terlihat lebih tenang, orang tua dapat memberikan pengarahan atau nasihat. Tetapi gunakan kalimat yang tidak menyudutkan dan menyalahkan. Penyelesaian masalah mungkin tidak berakhir dengan cepat, tetapi anak akan belajar banyak hal. Anak belajar mengelola emosi, intropeksi (jika orang tua menggunakan metode tanya), serta penyelesaian masalah.

Hindari terburu-buru dalam meminta anak menyelesaikan masalah. Apalagi langsung meminta anak untuk bermaafa tanpa meminta mereka mengeluarkan keluhan terlebih dahulu. Emosi negatif, termasuk kesal dan marah perlu dikeluarkan. Jika emosi belum selesai, permintaan maaf bisa saja hanya sekedar di lisan. Tetapi anak masih menyimpan amarah sehingga ada potensi mereka melanjutkan pertengkaran

Ketika anak berhasil menyelesaikan masalah, berikan mereka apresiasi berupa pujian.

“Alhamdulillah, anak mama hebat. Karena sudah berani memaafkan dan meminta maaf. Orang yang menyadari kesalahan dan berani meminta maaf itu berjiwa besar.”

“Sedangkan orang yang memaafkan itu adalah orang yang mulia.”

Saat anak bertengkar, orang tua harus sabar mendampingi dan mengarahkan mereka sampai permasalahan benar-benar selesai. Karena melalui kesabaran orang tua, anak juga akan mendapat contoh untuk mengelola emosi.

Selain itu orang tua juga harus menjadi teladan dalam meminta maaf atau memaafkan. Saat orang tua melakukan kesalahan, jangan sungkan untuk meminta maaf. Dengan begitu anak juga akan mudah menyadari kesalahan dengan meminta maaf.

Scroll to Top