Nama Imam Bukhori sudah tidak asing di telinga para muslim. Namun, tahukah kamu, bahwa Imam Bukhori Kecil Pernah Mengalami Kebutaan?
Siapakah Imam Bukhori?
Imam Bukhori bernama asli Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhori. Beliau adalah ahli hadits yang terkenal memiliki derajat tinggi dalam buku fiqih dan hadits-haditsnya. IImam Bukhori terlahir dari kedua orang tua yang sholeh. Ibunya tak pernah lepas tahajud, dekat dengan Alquran serta belajar mendalami ilmu Alquran.
Kisah Imam Bukhori Kecil
Pada usia 2 tahun, ayahnya meninggal. Ibunya harus berjuang sendiri membesarkan dan mendidik Bukhari kecil. Qodarullah, pada usia 4 tahun, ia mengalami kebutaan. Namun justru hal itu membuat sang ibu lebih bersungguh-sungguh lagi dalam ketakwaannya kepada Allah SWT. Wanita sholehah itu berdoa kepada Allah agar mengganti kebutaan mata anaknya dengan ketajaman hati.
Memiliki orang tua yang taat dalam beragama, berhati-hati terhadap hal syubhat dan menjauhi yang haram membuat Imam Bukhori tumbuh menjadi anak yang cerdas. Ia juga memiliki daya hafal yang tinggi. Saat dibacakan sesuatu satu halaman dari atas sampai bawah, ia akan mengingatnya secara detail. Bahkan bisa mengulanginya sesuai dengan titik dan koma.
Suatu ketika, ibunda mengirimnya untuk belajar Alquran ke kuttab. Pada hari pertama belajar di sana, sang guru membacakan surah qof. Sedangkan para murid dengan berbagai usia mendengarkannya secara seksama. Setelah itu, guru bertanya, “Man hafidzo?” (siapa yang sudah hafal?). Suasana hening seketika, hanya terlihat satu orang anak kecil saja yang mengangkat tangannya.
Ya, beliau adalah Imam Bukhori kecil. Dari sekian banyaknya murid, hanya ia yang mengangkat tangan. Meskipun saat itu beliau adalah anak yang paling muda usianya dikelas, jika dibandingkan teman-teman lainnya yang belajar Al-quran. Ketika diminta maju, Imam Bukhori kecil dapat mengulangi bacaan Alquran dengan sempurna sesuai yang dibacakan gurunya. Mengerti bahwa anak itu memiliki keistimewaan dan daya ingat serta hafalannya yang sangat baik, sang guru berpesan agar ia juga belajar tentang ilmu hadits.
Sepulang dari belajar Alquran, Imam Bukhori kecil dengan riang menceritakan pengalaman pertamanya belajar di kuttab. Ia menyampaikan keinginan untuk belajar ilmu hadits. Namun ibunya menolak dan meminta agar anaknya fokus mempelajari Alquran terlebih dahulu. Dengan segala keterbatasannya, ibu Imam Al Bukhori khawatir anaknya akan mengalami kesulitan jika terlalu banyak hal yang dipelajari. Merengek layaknya anak kecil pada umumnya, Imam Bukhori tetap bersikeras menyampaikan keinginannya belajar hadits.
Merasa sedih dengan kejadian itu, sang ibu berdoa meminta kepada Allah, “Wahai dzat yang Maha Melihat dan memiliki pengelihatan tanpa batas, kembalikanlah pengelihatan anakku.” Ia mengulang-ulang doanya hingga lelah dan tanpa disadari terlelap dalam ratapan kepada Rabb-nya. Ia pun bermimpi bertemu Nabi Ibrahim yang menyampaikan bahwa anaknya akan dapat melihat kembali. Seketika ibunda Bukhari kecil terbangun, melihat ke sekitar, dan menyadari bahwa semua itu hanyalah mimpi.
Di saat ibunya berdoa hingga terlelap, ternyata Imam Bukhari kecil sedang mengulang hafalan sambil memejamkan mata. Saat membuka mata, tiba-tiba ia kembali dapat melihat semua yang nampak dihadapannya.
Dengan kegembiraan yang sangat, Imam Bukhori berlari kepelukan ibunya, “ibu, ibu, ibu, aku bisa melihat lagi.”
Ibunya yang terkejut dan merasa heran menjawab, “Nak, mungkin kau sedang melihat dengan mata hatimu.”
“Tidak, aku bisa melihat dengan mataku.” Sanggahnya dengan tegas dan membuktikan bahwa ia bisa melihat dengan menyebutkan benda-benda yang ada disekitar dan warna baju yang dikenakan ibunya.
Sejak saat itu, Imam Bukhori kecil belajar ilmu haditst dengan dukungan dari ibunya dan menyelesaikan 97 pembahasan dalam 16 tahun. Kisah ini dicantumkan oleh Imam Ibnu Hajar Al-Astqolani dalam kitabnya Fathul Bari Fi Siroh Shohih Al Bukhori jilid pertama.
Sumber: Ceramah Ustaz Adi Hidayat, LC., M.A.