Salah satu pembahasan dalam tajwid adalah tafkhim dan tarqiq. Berikut pengertian, contoh dan cara membaca hukum tafkhim dan tarqiq dalam Alquran!
Pengertian Tafkhim dan Tarqiq
Tafkhim ( تَفْخِيْمُ ) adalah masdar yang diambil dari kata Fakhama ( فَخَّمَ), artinya menebalkan. Adapun yang disebut dengan bacaan Tafkhim ialah menyembunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan tebal. Muhammad Shadiq Qamhawi mengumpamakan seperti memasukkan minyak samin ke mulut, diibaratkan mulut terlihat penuh, begitulah cara membaca tafkhim.
Tarqiq ( تَرْقِيْقٌ ) adalah bentuk masdar dari kata raqqaqa ( رَقَّقَ ), artinya menipiskan. Adapun maksud dari bacaan Tarqiq ialah menyembunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan tipis.
Bacaan Tafkhim
Ada tujuh huruf hijaiyah yang wajib dibaca tafkhim, yaitu huruf istila’. Agar lebih mudah diingat, ketujuh huruf tersebut dikumpulkan dalam
kalimat خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ
Huruf isti’la wajib dibaca tebal, baik dalam keadaan dhomah, fathah, kasroh ataupun sukun.
اُخْرُجُوْا
وَالصَّافَّاتِ
فَضَّلْنَا
وَالَّطيِّبُوْنَ
قُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِم
اِنَّامُنْتَظِرُوْنَ
Selain ketujuh huruf isti’la, huruf hijaiyyah lainnya harus dibaca tarqiq, kecuali huruf lam dan ra. Sebab, kedua huruf itu mempunyai ketentuan sendiri. Huruf hijaiyyah selain huruf isti’la itu disebut huruf istifal.
Hukum Lam Tafkhim
Huruf lam tetap dibaca tafkhim (tebal) apabila berada pada lafad jalalah (لَفْظُ اْلجَلَالَة) , yaitu lam yang terdapat pada lafad الله yang didahului tanda baca fathah atau dhammah.
Contoh;
سُبْحَا نَ الّله
قُلْ هُوَ الّله
Lam dibaca tebal juga pada lafad jalalah (لَفْظُ اْلجَلَالَة) diawal kalimat, contoh
الّلهُ لَهُ الْمُلْك
Hukum Lam Tarqiq
Huruf lam dibaca tarqiq (tipis), apabila ada dalam lafad jalalah (لَفْظُ اْلجَلَالَة) yang didahului huruf berharokat kasrah.
Contoh:
الحَمْدُلِلّٰهِ
بِسْمِ الله
Semua lam yang tidak berada pada lafad jalalah sebagaimana diatas maka harus dibaca tarqiq (tipis) contoh:
اِلَى اْلِابِل
مِنَ اْلعِلْمِ
بِكُلِّ اٰيَةٍ
Hukum Ra Tafkhim
Huruf ra dibaca tebal saat berada di awal ataupun ditengah, dengan ketentuan sebagai berikut:
- Ra’ berharokat fathah. Contoh : رَحْمَةَ اللهِ , الرَّحْمنِ الَّرحِيْمِ
- Ra’ beharokat dhammah. Contoh :ا كَفَرُوْ أُذْكُرُوااللهَ ,
- Ra sukun setelah kasroh yang tidak ashli. Contoh: ارْجِعْ اِلَيْهِم , ارْحَمْنَا
- Ra’ berharokat sukun (mati), sedangkan huruf sebelumnya kasroh dan kasroh tersebut dari kata sebelumnya. Contoh: رَبِّ ارْحَمْهًمَا
- Ra’ berharokat sukun, dan huruf sebelumnya berharokat kasroh. Contoh : مِرْصَادٌ
Huruf Ra dibaca tebal ketika diakhir kata dan diwaqofkan dengan ketentuan sebagai berikut:
- Sebelum ra : fathah dan dhomah. Contoh: هُوَالْاَبْتَر, وَدُسُرِ
- Ro diakhir kata/dibaca waqof, sebelumnya huruf berharokat sukun, contoh: وَالْعَصْر , حِمْلَةً صُفْر
- Ro, sebelumnya alif atau wau, contoh: فِي الْقُبُور, عَذَابَ النَّار
Hukum Ra Tarqiq
Ra berharokat kasroh diawal dan ditengah kata
رِحْلَةَ الشِّتَاء
بِالْمُجْرِمِيْن
Ra berharokat sukun ashliyyah setelah huruf (bukan isti’la) berharokat kasroh
مِرْفَاقاً
Ra setelah huruf (bukan isti’la) yang berharokat sukun, sebelum huruf berharokat sukun itu huruf berharokat kasroh
لِذِي حِجْرٍ
Ra yang dibaca sukun, sebelumnya huruf ya sukun
سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ
Ra ada pula yang bisa dibaca tafkhim ataupun tarqiq dengan ketentuan:
Ra sukun setelah kasroh ashliyah yang diiringi huruf isti’la, contoh: كُلُ فِرْقٍ
Ra sukun sebab waqof, huruf sebelumnya sukun
مِصْرَ
عَيْنَ الْقِطْرِ
Sumber;
Buku Metode Tartila (Bersajak), Cara Mudah Dan Indah Tahsinul Qur’an untuk qiraat’ashim, riwayat hafsh menurut thariq asy-syathibiyyah.