Belajar membaca untuk PAUD memang belum disarankan. Jika hanya ingin mengenalkan, boleh saja asal dengan metode yang menyenangkan. Ada tips dan trik belajar membaca untuk PAUD agar tidak membosankan, silakan dicoba.
Dasar Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca anak didasari oleh pondasi bahasa. Melalui bahasa lisan, anak-anak mengenal beraneka bunyi ataupun suara yang dihasilkan suatu huruf. Sebelum belajar membaca, pondasi bahasa anak harus kuat terlebih dahulu.
Pada awalnya anak belajar berbagai bunyi, lalu mengikuti bunyi tersebut melalui bahasa lisan dari keluarga dan lingkungan terdekat. Bunyi-bunyi dari ucapan itulah yang membentuk suatu kata, frasa atau kalimat. Yang kemudan dipelajari dalam bentuk tulisan.
Stimulasi Untuk Mempermudah Anak Belajar Membaca
Pada anak usia dini, belajar membaca masih dalam bentuk stimulasi. Tips dan trik berikut merupakan stimulasi yang akan mempermudah belajar membaca untuk PAUD.
1. Bermain Bunyi Alfabet
Agar memudahkan anak-anak belajar membaca, terlebih dahulu kenalkan huruf yang memiliki bunyi dengan posisi mulut terbuka, seperti a, i, u, e, o (huruf vokal). Orang tua atau pengajar dapat menyediakan flashcard huruf vokal dan gambar-gambar dengan kata-kata yang diawali oleh huruf vokal, seperti a, untuk ayam. i, untuk iguana, u untuk uang dan seterusnya.
Sediakanlah beberapa gambar untuk satu huruf, seperti : api, anggur, ayah, adik, air untuk huruf a dan sediakan juga banyak gambar untuk huruf-huruf yang lain.
Kenali gaya belajar anak. Jika anak cenderung banyak bergerak dan tidak dapat duduk berlama-lama, maka ajaklah bermain mengenal huruf dengan bergerak. Contoh: orang tua atau pengajar dapat mengenalkan huruf a & i terlebih dahulu dengan mengucapkan dan juga memperlihatkan flashcard kepada anak. Lalu menjajarkan gambar-gambar yang diawali huruf tersebut di sebuah tempat, minta anak untuk berlari, berjalan, melompat satu kaki atau merangkak untuk mengambil gambar atau flashcard yang sudah disediakan.
Tanyakan pada anak, “mana yang bunyinya diawali a?”. Mintalah ia menjawab dengan mengambil gambar yang sesuai. Jangan lupa berikan pujian jika ia berhasil menemukannya dengan benar. Jika ia menjawab tidak tepat, tetap bersabar ya J. Tetap diberi semangat dan dijelaskan ulang sampai anak betul-betul paham. Metode ini bisa dilakukan untuk mengenalkan huruf-huruf yang lain juga. Jangan lupa kenalkan secara bertahap agar anak tidak bingung karena terlalu banyak huruf yang dipelajari dalam satu waktu.
2. Tebak Huruf
Untuk bermain tebak huruf, orang tua atau pengajar dapat menyiapkan papan tulis atau bisa menggunakan kertas biasa dan juga alat tulis. Sebelum bermain, jelaskan aturan main kepada anak bahwa orang tua atau pengajar akan menulis kata, frasa atau kalimat dan anak akan diminta mencari huruf vokal (a, i, u, e, o ).
Bila yang ditunjuk adalah huruf vokal, maka anak akan mengeluarkan suara “tingtong” dan apabila yang ditunjuk bukanlah huruf vokal, maka anak akan mengeluarkan suara “boom”. Contoh: Tulislah kata “udang” di atas kertas. Orang tua atau pengajar dapat menunjuk huruf “u” tunggu anak mengeluarkan suara sesuai aturan permainan yang disepakati. Tunjuk huruf secara bergantian u, d, a, n, g. Materi ataupun huruf yang diajarkan kepada anak dapat menyesuaikan ya.
3. Memberi label pada benda
Pernahkah melihat seorang anak berkata MCD saat melihat simbol berupa huruf M berwarna merah? Pernahkan melihat seorang anak menunjuk ke sebuah spanduk iklan dari kejauhan dan berkata “Itu KFC.” Pedahal si anak saat itu belum bisa membaca atau sekadar hafal alfabet. Disinilah kekuatan ciri khas dari sebuah simbol untuk menggambarkan sesuatu. Agar anak terbiasa dan ingat dengan simbol-simbol huruf, kita juga harus senantiasa memunculkan simbol-simbol tersebut dalam keseharian anak.
Orang tua atau pengajar dapat menyediakan label dan meminta anak untuk menempelkannya ke berbagai benda. Contoh: menempelkan tulisan atau label dengan kata “lemari” pada lemari, kata “mainan” lalu menempelkannya ditempat menyimpan mainan atau kata “buku” lalu menempelkannya di rak buku.
Saat anak hendak membuka lemari, ajak anak melihat simbol-simbol huruf yang tertulis di sana. Orang tua dapat menunjuk simbol-simbol tersebut sambil menuntun anak mengucapkan kata “lemari” dan juga tulisan-tulisan lain yang tertempel dibenda. Dengan begitu anak akan terbiasa dengan simbol dan tanpa sengaja dapat membaca kata “lemari” tanpa harus berproses mengeja “le ma ri” terlebih dahulu.
4. Mencocokkan kata
Orang tua ataupun pengajar dapat menyediakan flashcard bergambar dan juga tulisan sebanyak mungkin. Satu flashcard bergambar dengan tulisan dibawahnya, misal: gambar ayam, di bagian bawahnya tertulis “ayam”. Di sisi lain, buatlah beberapa daftar kata tanpa gambar, seperti; ayam, apel, anggur, cacing, dll. Minta anak untuk menemukan satu kata yang sama dengan flashcard bergambar dengan tulisan ayam. Dengan begitu, anak akan memperhatikan simbol-simbol yang tertulis pada setiap kata.
Saat anak berhasil menemukan dengan tepat. Ajak anak membaca tulisan tersebut dengan jelas secara satu kata “ayam” dan dipisah perhuruf a, y, a, m. Orang tua atau pengajar menyebutkannya terlebih dahulu, lalu diikuti anak. Jika hal ini sering dilakukan dengan berbagai variasi kata, maka anak akan mengenal bacaan tersebut. Hal ini akan mempertajam analisanya untuk kemampuan membaca.
Keunikan dan karakter setiap anak yang berbeda-beda membuat kita tidak bisa menghadapinya dengan sama rata menggunakan satu cara. Orang tua ataupun pengajar dituntut lebih kreatif lagi dalam mengajarkan membaca pada anak. Agar anak tidak merasa bosan jika harus selalu diminta duduk rapi dan hanya memperhatikan saja.
Usahakan anak selalu bahagia dalam setiap proses belajarnya. Sehingga anak dapat menyerap ilmu dengan sempurna. Demikian hal-hal sederhana yang dapat dilakukan untuk proses belajar membaca. Dan tentunya masih banyak lagi cara-cara menyenangkan yang dapat menarik perhatian anak. Tetap semangat untuk para orang tua dan pengajar 🙂